Latest News

Setelah Setya Novanto Tersangka, ke Mana Politik Golkar?


Selekasnya sesudah Setya Novanto diputuskan jadi tersangka oleh KPK, Golkar juga akan terpolarisasi dalam tiga kubu politik. Seberapa cepat Golkar terkonsolidasi kembali, menyatu sekali lagi, juga akan memastikan seberapa siap Golkar hadapi Pileg serta Pilpres 2019. Kubu mana yang menguasai di Golkar saat penetapan Novanto jadi tersangka juga akan memastikan juga arah politik Golkar pada pemerintah serta pencapresan Jokowi kembali.

Imajinasi itu keluar saat memperoleh berita itu. Setya Novanto yang sampai kini tidak sempat berhasil dijerat oleh aparat hukum pada akhirnya terserang oleh KPK. Tak tahu kebetulan atau tidak, KPK menginformasikan Setya Novanto sebagai tersangka E-KTP di " angka cantik serba 7 " : 17 -07 -2017.

Problem Waktu

Satu bulan sebelumnya bln. Ramadan, saya di ajak bicara oleh elit Golkar yang mengklaim memperoleh info perlu. Menurut dia, Setya Novanto di pastikan juga akan jadi tersangka KPK. Setelah itu cuma problem saat saja kapan status tersangka diumumkan.

Saya ajukan pertanyaan kepadanya seberapa siap Golkar kembali hadapi badai internal. Golkar barusan terkonsolidasi 14 bln. lantas, mulai sejak Setya Novanto dipilih jadi ketum pada Mei 2016. Terlebih dulu, Golkar terpecah serta membutuhkan saat satu 1/2 th. untuk konsolidasi. Yakni saat Munas Ancol pada Desember 2014 menimbulkan " ketum tandingan " Agung Laksono melawan ketum Munas beda Aburizal Bakrie. Di masa ini berita masalah Golkar seringkali masalah pertikaian dua kubu serta sistem pengadilan yang rumit.

Sesudah pembicaraan itu, saya banyak jumpa elit Golkar serta ikuti perubahan partai ini dari dekat. LSI senantiasa diundang untuk presentasi survey canggih setiap saat Golkar lakukan rapimnas. Pada Rapimnas Golkar Mei 2017 di Balikpapan, bahkan juga puisi saya Bukanlah Kami Miliki dibacakan oleh Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Sukai maupun tidak sukai, Golkar telah jadi fondasi bangunan politik nasional. Golkar yang kuat atau lemah, Golkar yang menyatu atau berkonflik, Golkar yang tenang atau yang geram juga akan turut memastikan bulat serta lonjong politik nasional.

Walaupun penetapan tersangka Novanto telah disangka banyaknya elit Golkar sendiri, saat penetapan itu resmi, tetaplah saja berlangsung gejolak. Hal yang umum bila gejolak juga akan melahirkan ketidaksamaan tanggapan politik.

Sejauh penilaian saya juga akan ada lima tokoh yang memastikan ke mana arah politik Golkar saat penetapan Novanto jadi tersangka. Mereka yaitu Setya Novanto sendiri yang masih tetap sah sebagai Ketum Golkar serta mempunyai loyalis dalam pengurus inti Partai Golkar waktu saat ini.

Ke-2 yaitu Aburizal Bakrie yang dengan resmi saat ini menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Golar. Di samping dekat dengan pemerintah, Aburizal juga tetaplah dipandang mentor politik KMP, partai yg tidak jadi sisi pemerintah.

Ke-3 yaitu Juiceuf Saat. Ia bekas Ketum Golkar serta saat ini menjabat wapres. Walaupun pengaruhnya tidak sekuat dahulu, ia tetaplah jadi senior untuk faksi politik spesifik di Golkar, terlebih Indonesia Timur.

Ke-4 yaitu Luhut Panjaitan. Dengan resmi Luhut tidak menjabat dalam kepengurusan Golkar. Namun beberapa elit Golkar yakini nada Jokowi bisa didengar lewat arahan politik Luhut.

Ke-5 yaitu Akbar Tanjung. Ia telah jadi legenda di Golkar. Arahan politiknya masalah Golkar tetaplah miliki nilai berita untuk pers serta pendukung setianya, walaupun tidak sehebat dahulu.

Tiga Kelompok

Kolaborasi lima tokoh barusan, serta tarikan kebutuhan politik periode pendek untuk Golkar sendiri jadi institusi juga akan membelah Golkar dalam tiga grup politik.

Pertama, grup yang berjuang supaya Munas Golkar tidak sekali lagi terwujud sampai Novanto merampungkan tugasnya paling tidak melalui 2019. Dengan resmi, Novanto dipilih jadi ketum sampai 2020. Bila tidak dapat usai sampai 2020, paling tidak Novanto tetaplah jadi Ketum Golkar mengantarkan partai itu dalam hajatan perlu Pileg serta Pilpres 2019.

Grup ini pastinya diisi beberapa loyalis Novanto dalam kepengurusan inti partai. Bertukarnya Novanto bila ada Munaslub juga akan juga mengakibatkan tempat mereka di partai berubah. Bangun serta jatuhnya mereka bersamaan dengan juga bangun serta jatuhnya Novanto.

Grup ini mungkin saja juga akan kecewa dengan Jokowi yang tidak dapat membuat perlindungan Novanto dengan politik. Mereka telah bekerja ekstra jadi partai pertama yang mencapreskan Jokowi kembali. Namun KPK memanglah tidak dapat disentuh, serta Novanto tetaplah tersangka.

Tetapi, grup ini tidak ada alternatif lain terkecuali tetaplah mensupport Jokowi. Mereka goyah dalam opini umum. Tanpa ada support Jokowi mereka juga akan makin goyah. Support pada Jokowi diinginkan juga tidak ada intervensi diam-diam pemerintah untuk turut melengserkan Novanto dalam Munaslub sebelumnya 2019.

Ke-2, grup pro Munaslub namun juga pro Jokowi. Grup ini perduli dengan nasib Golkar pada pemilu 2019 bila ketumnya tersangka. Golkar juga akan begitu gampang digoreng lawan. Mungkin saja Golkar untuk pertama kalinya dalam histori pemilu tidak ada di nomor satu atau nomor dua.

Beberapa yang semula pro Novanto juga akan beralih pada tempat politik baru. Mereka menginginkan Golkar miliki ketum baru. Itu cuma sah lewat munaslub sseegera mungkin saja supaya siap hadapi Pileg serta Pilpres 2019. Bahkan juga mereka menginginkan juga siap hadapi Pilkada 2018 dengan ketum baru.

Tujuan politik grup ke-2 ini tetaplah pro pemerintah serta pro pencapresan Jokowi. Grup ini memberi proposal yang mereka anggap lebih menarik pada pemerintah. Kubu ini juga akan memberikan keyakinan Jokowi kalau Golkar semakin lebih kuat mensupport Jokowi bila ketum barunya tidak punya masalah dengan hukum.

Ke-3, grup pro Munaslub tetapi tidak sekali lagi cepat-cepat pro Jokowi. Untuk grup ini, tidak ada keuntungan untuk Golkar mensupport Jokowi sangat awal. Dapat dibuktikan dengan politik ketum Golkar tidak dapat dilindungi. Ini masa transparansi. KPK tambah lebih berdiri sendiri dibanding yang diinginkan oleh politisi gaya lama.

Grup ini lihat Jokowi tidak sepopuler SBY di masa periode pertama. Dua th. sebelumnya Pilpres 2009, saat SBY juga akan menjabat presiden ke-2 kalinya, support pada SBY dalam pilpres selanjutnya, SBY senantiasa ada diatas 55 % untuk simulasi tiga tokoh. Sedang Jokowi di masa yang sama, simulasi cuma dua tokoh saja, support (elektabilitas) atas Jokowi dibawah 50 %.

Kepastian Jokowi dipilih kembali dalam waktu dua th. sebelumnya Pilpres 2019 tidak sekuat potensi terpilihnya kembali SBY dalam dua th. sebelumnya 2009. Untuk kubu politik ke-3 ini, tambah baik Golkar " wait and see " lihat siapa yang lebih berpeluang jadi presiden 2019 kelak.

Kubu ke-3 ini tidak juga akan dengan frontal melawan Jokowi. Tetapi mereka juga tidak juga akan membabi buta serta sangat semangat mencapreskan Jokowi sangat awal.

Tiga kubu ini juga akan sama-sama menguatkan tempat. Sangat mungkin saja serta lumrah saja bila Golkar kembali alami gejolak internal. Yang belum juga kita ketahui, seberapa kronis gejolak internal itu? Seberapa lama Golkar kembali terkonsolidasi? Dari tiga kubu politik diatas, kubu mana yang pada akhirnya membawa Golkar kembali terkonsolidasi saat penetapan Novanto jadi tersangka KPK.

Partai yang Kuat
Tidak ada demokrasi yang kuat tanpa ada hadirnya partai yang kuat. Golkar yaitu partai paling senior serta paling memiliki pengalaman di banding semuanya partai yang ada. Bahkan juga pendiri bermacam partai baru waktu saat ini, dahulu juga yaitu tokoh Golkar di eranya : Surya Paloh (Nasdem), Prabowo (Gerindra), Wiranto (Hanura), SBY (Demokrat), Edi Sudrajat (PKPI).

Kita cuma mengharapkan Golkar secepat-cepatnya terkonsolidasi kembali. Politik nasional tidak juga akan stabil bila Golkar bergolak sangat lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita Harian Indonesia Support By 99onlinebola Agen Judi Bola

Gambar tema oleh Jason Morrow. Diberdayakan oleh Blogger.