Manusia yang berencana, akan tetapi Tuhan yang tentukan. Mungkin saja pepatah ini yang aktual untuk kerja keras pelacakan Kapal Motor (KM) Cahaya Bangun yang terbenam di perairan Danau Toba.
Sejak mulai terbenam pada 18 Juni 2018 atau yang pasti pada hari ke-4 Idul Fitri 1439 Hijriyah, nyaris semuanya mata tertuju ke perairan Danau Toba. Sejak mulai momen ini berjalan, area Pelabuhan Tigaras di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun tetap ramai, dimulai dengan tim SAR, prajurit TNI, personel Polri, sampai warga keluarga korban.
Diambil dari Pada, dari sistim penyelamatan awal, tim SAR kombinasi sukses temukan 24 penumpang yang terdiri dalam 21 penumpang selamat serta tiga orang tewas. Sesudah diketemukan, penumpang KM Cahaya Bangun yang selamat itu dibawa ke RSUD Tuan Rondahaim di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun.
Korban yang selamat diberi perawatan lebih dulu sebelum akan kembali pada tempat tinggalnya. Dan, korban tewas melakukan sistim identifikasi sebelum akan jenazahnya diserahkan pada pihak keluarga.
Awalannya, beberapa ratus keluarga korban banyak berkumpul di Pelabuhan Tigaras untuk melihat pelacakan yang dijalankan Basarnas. Akan tetapi atas gagasan Pemkab Simalungun, keluarga korban diarahkan untuk menanti di RSUD Tuan Rondahaim.
Tidak hanya untuk menolong sistim identifikasi korban, juga membantu keluarga korban lantaran Pemkab Simalungun siapkan beberapa akomodasi di posko itu.
Jadi bentuk keprihatinan sekaligus juga kepedulian, beberapa petinggi tinggi ada ke Pelabuhan Tigaras sebagai area posko terpadu pelacakan serta penyelamatan penumpang KM Cahaya Bangun. Mereka yaitu Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sosial Idrus Marham, sampai Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Terjunkan Penyelam Kuat sampai Alat Canggih
Sistim pelacakan penumpang KM Cahaya Bangun itu melibatkan banyak pihak, termasuk juga beberapa penyelam kuat dari Marinir TNI AL. Hal semacam tersebut untuk perlihatkan keseriusan pemerintah atas insiden yang menewaskan beberapa ratus orang.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi menjelaskan tidak hanya mengerahkan personel dari bermacam lembaga, tim SAR kombinasi juga memakai perlengkapan modern untuk mencari kehadiran KM Cahaya Bangun.
Diantara satu alat modern yang dipakai yaitu " multibeam scane sonar " yang berperan untuk mendeteksi kehadiran kapal di basic perairan.
Menurut Koordinator SAR Marinir Letkol Mar Syamsul Sitohang, perlengkapan itu udah di terima dari Mabes TNI Angkatan Laut serta segera dipakai di perairan Danau Toba.
Penggunaan perlengkapan pribadi itu ditujukan untuk memahami material yang berada pada basic danau, termasuk juga memahami tempat kapal KM Cahaya Bangun.
Sama sesuai hasil rapat, pelacakan serta penyelamatan penumoang KM Cahaya Bangun dijalankan di dua bagian. Bagian A mencakup perairan serta pinggir danau yang berdekatan dengan Simalungun. Dan, Bagian B mencakup perairan yang mendekatkan Pulau Samosir.
Akan tetapi, pemakaian perlengkapan itu pernah alami rintangan berwujud kedalaman perairan Danau Toba yang dinilai cukup dalam. Dari penelusuran pada awal mulanya, seputar 400 sampai 500 mtr..
Untuk memperluas area pelacakan penumpang serta kapal KM Cahaya Bangun, sistim pencariannya dilanjut dengan pemakaian helikopter pada 26 Juni 2018 pada hari ke sembilan perlakuan.
Kepala Tubuh Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara Riyadil Akhir Lubis menyampaikan, helikopter yang dioperasikan ini punya Basarnas, PT Jafpa yang mengelola keramba di Danau Toba, serta punya Polri. Ke-3 helikopter itu diterbangkan dari Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara.
Tidak hanya helikopter, pelacakan juga dijalankan dengan mengerahkan kapal serta perahu untuk menyisir permukaan Danau Toba. Tidak hanya perlengkapan yang dipunyai Basarnas, pelacakan dengan juga manfaatkan sembilan kapal dari Pemkab Samosir dan perahu dari BPBD Sumatera Utara serta kabupaten/kota.
Dari pelacakan sepanjang delapan hari, tim kombinasi udah temukan beberapa material yang dikira punya penumpang KM Cahaya Bangun. Salah satunya helm, STNK, jaket, boneka, serta sepatu yang dikira punya penumpang.
Hentikan Pencarian
Sesudah 15 hari mencari, Tim SAR kombinasi pada akhirnya menentukan untuk hentikan pelacakan penumpang KM Cahaya Bangun di perairan Danau Toba. Direktur Operasi Basarnas Brigjen Mar Bambang Suryo menyampaikan hal semacam tersebut menurut hasil pelajari dengan cara menyeluruh perihal perubahan yang dihadapi.
Pada Minggu, 1 Juli 2018, tim kombinasi udah berdialog serta bertatap muka dengan keluarga korban penumpang KM Cahaya Bangun yang difasilitasi Bupati Simalungun JR Saragih.
Selanjutnya, pihaknya udah mohon arahan dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang segera berkomunikasi dengan keluarga korban selesai tabur bunga pada Senin siang, 2 Juli 2018.
" Sesudah dialog dua arah, setuju dihentikan pada 3 Juli. Pokoknya besok (Selasa, 3/7/2018) kita tutup, " ujarnya.
Akan tetapi, penutupan operasi tim SAR kombinasi itu bukanlah artinya dihentikan dengan cara keseluruhan lantaran posko pemantau tetap masih berada pada Pelabuhan Tigaras.
Penghentian yang ditujukan yaitu penghentian sistim pelacakan yang dilanjut dengan pemantauan lewat Kantor SAR Medan, terutama lewat personel SAR Posko Parapat.
Kalau dalam pemantauan itu ada info dari masyarakat atau tanda tanda timbulnya jenazah penumpang ke permukaan, perlakuan selekasnya dijalankan. " Apabila ada info, berikan ke posko, kelak bakal dilakukan tindakan, " papar Bambang.
Sejak mulai terbenam pada 18 Juni 2018 atau yang pasti pada hari ke-4 Idul Fitri 1439 Hijriyah, nyaris semuanya mata tertuju ke perairan Danau Toba. Sejak mulai momen ini berjalan, area Pelabuhan Tigaras di Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun tetap ramai, dimulai dengan tim SAR, prajurit TNI, personel Polri, sampai warga keluarga korban.
Diambil dari Pada, dari sistim penyelamatan awal, tim SAR kombinasi sukses temukan 24 penumpang yang terdiri dalam 21 penumpang selamat serta tiga orang tewas. Sesudah diketemukan, penumpang KM Cahaya Bangun yang selamat itu dibawa ke RSUD Tuan Rondahaim di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun.
Korban yang selamat diberi perawatan lebih dulu sebelum akan kembali pada tempat tinggalnya. Dan, korban tewas melakukan sistim identifikasi sebelum akan jenazahnya diserahkan pada pihak keluarga.
Awalannya, beberapa ratus keluarga korban banyak berkumpul di Pelabuhan Tigaras untuk melihat pelacakan yang dijalankan Basarnas. Akan tetapi atas gagasan Pemkab Simalungun, keluarga korban diarahkan untuk menanti di RSUD Tuan Rondahaim.
Tidak hanya untuk menolong sistim identifikasi korban, juga membantu keluarga korban lantaran Pemkab Simalungun siapkan beberapa akomodasi di posko itu.
Jadi bentuk keprihatinan sekaligus juga kepedulian, beberapa petinggi tinggi ada ke Pelabuhan Tigaras sebagai area posko terpadu pelacakan serta penyelamatan penumpang KM Cahaya Bangun. Mereka yaitu Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sosial Idrus Marham, sampai Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.
Terjunkan Penyelam Kuat sampai Alat Canggih
Sistim pelacakan penumpang KM Cahaya Bangun itu melibatkan banyak pihak, termasuk juga beberapa penyelam kuat dari Marinir TNI AL. Hal semacam tersebut untuk perlihatkan keseriusan pemerintah atas insiden yang menewaskan beberapa ratus orang.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M Syaugi menjelaskan tidak hanya mengerahkan personel dari bermacam lembaga, tim SAR kombinasi juga memakai perlengkapan modern untuk mencari kehadiran KM Cahaya Bangun.
Diantara satu alat modern yang dipakai yaitu " multibeam scane sonar " yang berperan untuk mendeteksi kehadiran kapal di basic perairan.
Menurut Koordinator SAR Marinir Letkol Mar Syamsul Sitohang, perlengkapan itu udah di terima dari Mabes TNI Angkatan Laut serta segera dipakai di perairan Danau Toba.
Penggunaan perlengkapan pribadi itu ditujukan untuk memahami material yang berada pada basic danau, termasuk juga memahami tempat kapal KM Cahaya Bangun.
Sama sesuai hasil rapat, pelacakan serta penyelamatan penumoang KM Cahaya Bangun dijalankan di dua bagian. Bagian A mencakup perairan serta pinggir danau yang berdekatan dengan Simalungun. Dan, Bagian B mencakup perairan yang mendekatkan Pulau Samosir.
Akan tetapi, pemakaian perlengkapan itu pernah alami rintangan berwujud kedalaman perairan Danau Toba yang dinilai cukup dalam. Dari penelusuran pada awal mulanya, seputar 400 sampai 500 mtr..
Untuk memperluas area pelacakan penumpang serta kapal KM Cahaya Bangun, sistim pencariannya dilanjut dengan pemakaian helikopter pada 26 Juni 2018 pada hari ke sembilan perlakuan.
Kepala Tubuh Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara Riyadil Akhir Lubis menyampaikan, helikopter yang dioperasikan ini punya Basarnas, PT Jafpa yang mengelola keramba di Danau Toba, serta punya Polri. Ke-3 helikopter itu diterbangkan dari Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara.
Tidak hanya helikopter, pelacakan juga dijalankan dengan mengerahkan kapal serta perahu untuk menyisir permukaan Danau Toba. Tidak hanya perlengkapan yang dipunyai Basarnas, pelacakan dengan juga manfaatkan sembilan kapal dari Pemkab Samosir dan perahu dari BPBD Sumatera Utara serta kabupaten/kota.
Dari pelacakan sepanjang delapan hari, tim kombinasi udah temukan beberapa material yang dikira punya penumpang KM Cahaya Bangun. Salah satunya helm, STNK, jaket, boneka, serta sepatu yang dikira punya penumpang.
Hentikan Pencarian
Sesudah 15 hari mencari, Tim SAR kombinasi pada akhirnya menentukan untuk hentikan pelacakan penumpang KM Cahaya Bangun di perairan Danau Toba. Direktur Operasi Basarnas Brigjen Mar Bambang Suryo menyampaikan hal semacam tersebut menurut hasil pelajari dengan cara menyeluruh perihal perubahan yang dihadapi.
Pada Minggu, 1 Juli 2018, tim kombinasi udah berdialog serta bertatap muka dengan keluarga korban penumpang KM Cahaya Bangun yang difasilitasi Bupati Simalungun JR Saragih.
Selanjutnya, pihaknya udah mohon arahan dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang segera berkomunikasi dengan keluarga korban selesai tabur bunga pada Senin siang, 2 Juli 2018.
" Sesudah dialog dua arah, setuju dihentikan pada 3 Juli. Pokoknya besok (Selasa, 3/7/2018) kita tutup, " ujarnya.
Akan tetapi, penutupan operasi tim SAR kombinasi itu bukanlah artinya dihentikan dengan cara keseluruhan lantaran posko pemantau tetap masih berada pada Pelabuhan Tigaras.
Penghentian yang ditujukan yaitu penghentian sistim pelacakan yang dilanjut dengan pemantauan lewat Kantor SAR Medan, terutama lewat personel SAR Posko Parapat.
Kalau dalam pemantauan itu ada info dari masyarakat atau tanda tanda timbulnya jenazah penumpang ke permukaan, perlakuan selekasnya dijalankan. " Apabila ada info, berikan ke posko, kelak bakal dilakukan tindakan, " papar Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar