Pemakaian daya baru serta terbarukan (EBT) adalah penentu tercapainya kedaulatan daya di Indonesia. Bidang daya ikut jadi prioritas pemerintah, yang ada dalam janji politik Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diketahui dengan nawacita.
Kedaulatan daya jadi kewajiban, karena pemenuhan daya dari dalam negeri akan kurangi ketergantungan pada daya fosil terpenting datang dari minyak serta batu bara.
Dengan memakai daya terbarukan yang datang dari air, mikro hidro, angin, tenaga surya, gelombang laut serta panas, Indonesia dapat penuhi keperluan dayanya dari dalam negeri.
Sekjren Projo, Handoko menjelaskan, paradigm pengelolaan daya nasional mesti beralih dari daya menjadi komoditas ke daya menjadi penggerak roda ekonomi.
" Melimpahnya sumber daya baru serta terbarukan di Indonesia semestinya dapat digunakan dengan cara maksimal. Salah satunya masalah besar peningkatan daya baru terbarukan kita, merupakan mahalnya tehnologi yang banyak kita import dari luar negeri, " tutur dia seperti ditulis, Sabtu (28/7/2018).
Oleh karenanya, perebutan tehnologi harus juga bisa prioritas hingga tak akan bergantung pada tehnologi luar negeri. Dari bagian daya primer, sekarang ini lebih dari 70 % pembangkit listrik di Indonesia memakai minyak bumi serta batu bara.
Melimpahnya batu bara dalam negeri membuat PLTU batu bara jadi peran paling besar dalam konfigurasi pembangkit di Indonesia. Dalam periode pendek PLTU batu bara dapat jadi jalan keluar penyediaan daya listrik yang dapat dijangkau dari bagian harga.
Namun, kehadiran batu bara serta minyak bumi makin menyusut serta habis selanjutnya. Volatilitas harga minyak dunia begitu dinamis serta tetap terkait dengan harga komoditas batu bara akan ikut kerek harga jual listrik.
" Pikirkan saja jika mendadak harga minyak dunia meluncur sampai USD 100 per barel contohnya tentu cost produksi listrik akan bertambah tajam, ” tutur dia.
Sungai di Indonesia Mempunyai Kemampuan Besar
Beda kondisinya jika Indonesia memercayakan pemakaian listrik yang pembangkitnya digerakkan oleh tenaga angin, air, atau tenaga matahari serta panas bumi.
Handoko yang pegiat usaha pembangkit listrik menjelaskan, Indonesia telah lumayan lama kuasai tehnologi untuk pembangkit tenaga air, baik PLTA ataupun PLTMH (pembangkit listrik tenaga minihidro). Juga Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/Geothermal.
" Sungai-sungai di Indonesia menaruh kemampuan daya yang besar sekali, seputar 75 GW, ” katanya.
Begitupun tempat Indonesia yang ada di ruang ring of fire Asia Pasifik, sebagai tempat bertemunya beberapa gunung berapi yang masih tetap aktif di lokasi Asia Pasifik, jadikan Indonesia menjadi negara dengan kemampuan geothermal paling besar ke-2 didunia sesudah Amerika Serikat, dengan kemampuan lebih dari 28 GW. Akan tetapi pemanfaatannya masih tetap begitu kecil.
" Untuk harga jual listrik, PLTU batu bara memang sangat murah. Sekarang ini PLN dapat beli dengan harga USD 5 cent/kWh dari Independent Power Producer (IPP) tapi harga batu bara fluktuatif, dan tidak ramah lingkungan, " katanya.
Ia memberikan, pembangunan PLTA harga nya mahal, diantaranya karena bagian pekerjaan sipil (civil work) yang besar, seperti pembuatan bendungan serta penstock (pipa cepat) dan tempatnya yang susah dibuka.
" Tapi daya primernya dapat didapat dengan gratis serta dapat di bangun beberapa pembangkit pada sebuah aliran sungai dalam jarak yang bersisihan (cascade/bertahap) dengan memakai ketidaksamaan elevasi, " kata Handoko.
Sampai kini, banyak permasalahan yang perlu dihadapi beberapa investor untuk bangun pembangkit listrik, dari mulai pengurusan perizinan, pembebasan tempat, atau rumor sosial yang menyertakan orang-orang seputar, karena tempat pemukimannya akan jadikan bangunan pembangkit.
Pemerintahan Jokowi – JK sudah membuat beberapa terobosan untuk menangani persoalan-persoalan itu, mulai pemangkasan birokrasi perizinan sampai banyak kebijakan yang memudahkan investasi.
Cost Berbelanja Modal Pembangkit Listrik Daya Terbarukan
Menyinggung masalah cost investasi (capital expenditure atau berbelanja modal), pembangkit listrik EBT masih tetap tambah mahal dari pembangkit daya fosil. PLTP (geothermal) dapat menelan investasi seputar USD 4 juta per MW, tambah lebih mahal di banding PLTU Batubara yang seputar USD 1, 5 juta – USD 2 juta/MW.
Ketidaksamaan berbelanja modal ini dikarenakan semasing komoditas ini berlainan langkah mendapatkannya, dan tingkat kesulitannya.
" Seperti listrik yang datang dari PLTP, babak eksplorasi sumber daya telah mengonsumsi cost besar sekali. Mesti menggunakan tehnologi tinggi serta mahal, apalagi ditambah success rate yang rendah. Saat anda mengeksplorasi suatu lapangan geothermal serta lakukan pengeboran, tingkat keberhasilannya tidak lebih dari 20 %, " tutur Handoko.
Demikian pula investasi yang diperlukan untuk bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS/Solar Cell) besar sekali. Karena untuk pembangunan PLTS diperlukan investasi seputar Rp 28 miliar. Komponen terbesarnya merupakan pada cost produksi panel surya serta baterei. Diluar itu, PLTS juga memerlukan ruang yang begitu luas.
PLTS cuma bisa beroperasi di siang hari, hingga untuk mengimbanginya, dibutuhkan juga support dari pembangkit listrik yang datang dari daya fosil.
" Tetapi saya meyakini, akselerasi pemakaian solar cell makin masif, bersamaan dengan makin majunya tehnologi panel surya serta baterei, " lebih dia.
Menjadi cantolan hukum, Pemerintah telah mempunyai Perpres Nomer 2 tahun 2017 mengenai RUEN (Gagasan Umum Daya Nasional). Dari sana diputuskan tujuan bauran Daya Baru serta Terbarukan (EBT) pada 2025 sebesar 23 %, serta 2018 telah sampai 12, 5 %.
Berdasar pada data yang dicukil dari Kementerian Daya Sumber Daya Mineral (ESDM), peningkatan EBT masih memerhatikan kesetimbangan persediaan – keinginan, persiapan skema serta keekonomian.
Selain itu PT PLN (Persero) akan memakai sumber daya terbarukan dari type daya aliran serta terjunan air, daya panas bumi (termasuk juga taraf kecil atau modular), biofuel, daya angin, daya cahaya matahari, biomassa serta sampah, dan mensupport usaha RE-BID (Renewable Energy Based on Industrial Development).
Spesial tentang PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), dikerjakan dengan peningkatan centralized PV (Photovoltaic sistem), manfaat melistriki banyak komune terpencil yang jauh dari grid pada daerah ketinggalan, pulau-pulau paling depan yang bersebelahan dengan negara tetangga serta pulau-pulau terluar yang lain.
Kedaulatan daya jadi kewajiban, karena pemenuhan daya dari dalam negeri akan kurangi ketergantungan pada daya fosil terpenting datang dari minyak serta batu bara.
Dengan memakai daya terbarukan yang datang dari air, mikro hidro, angin, tenaga surya, gelombang laut serta panas, Indonesia dapat penuhi keperluan dayanya dari dalam negeri.
Sekjren Projo, Handoko menjelaskan, paradigm pengelolaan daya nasional mesti beralih dari daya menjadi komoditas ke daya menjadi penggerak roda ekonomi.
" Melimpahnya sumber daya baru serta terbarukan di Indonesia semestinya dapat digunakan dengan cara maksimal. Salah satunya masalah besar peningkatan daya baru terbarukan kita, merupakan mahalnya tehnologi yang banyak kita import dari luar negeri, " tutur dia seperti ditulis, Sabtu (28/7/2018).
Oleh karenanya, perebutan tehnologi harus juga bisa prioritas hingga tak akan bergantung pada tehnologi luar negeri. Dari bagian daya primer, sekarang ini lebih dari 70 % pembangkit listrik di Indonesia memakai minyak bumi serta batu bara.
Melimpahnya batu bara dalam negeri membuat PLTU batu bara jadi peran paling besar dalam konfigurasi pembangkit di Indonesia. Dalam periode pendek PLTU batu bara dapat jadi jalan keluar penyediaan daya listrik yang dapat dijangkau dari bagian harga.
Namun, kehadiran batu bara serta minyak bumi makin menyusut serta habis selanjutnya. Volatilitas harga minyak dunia begitu dinamis serta tetap terkait dengan harga komoditas batu bara akan ikut kerek harga jual listrik.
" Pikirkan saja jika mendadak harga minyak dunia meluncur sampai USD 100 per barel contohnya tentu cost produksi listrik akan bertambah tajam, ” tutur dia.
Sungai di Indonesia Mempunyai Kemampuan Besar
Beda kondisinya jika Indonesia memercayakan pemakaian listrik yang pembangkitnya digerakkan oleh tenaga angin, air, atau tenaga matahari serta panas bumi.
Handoko yang pegiat usaha pembangkit listrik menjelaskan, Indonesia telah lumayan lama kuasai tehnologi untuk pembangkit tenaga air, baik PLTA ataupun PLTMH (pembangkit listrik tenaga minihidro). Juga Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi/Geothermal.
" Sungai-sungai di Indonesia menaruh kemampuan daya yang besar sekali, seputar 75 GW, ” katanya.
Begitupun tempat Indonesia yang ada di ruang ring of fire Asia Pasifik, sebagai tempat bertemunya beberapa gunung berapi yang masih tetap aktif di lokasi Asia Pasifik, jadikan Indonesia menjadi negara dengan kemampuan geothermal paling besar ke-2 didunia sesudah Amerika Serikat, dengan kemampuan lebih dari 28 GW. Akan tetapi pemanfaatannya masih tetap begitu kecil.
" Untuk harga jual listrik, PLTU batu bara memang sangat murah. Sekarang ini PLN dapat beli dengan harga USD 5 cent/kWh dari Independent Power Producer (IPP) tapi harga batu bara fluktuatif, dan tidak ramah lingkungan, " katanya.
Ia memberikan, pembangunan PLTA harga nya mahal, diantaranya karena bagian pekerjaan sipil (civil work) yang besar, seperti pembuatan bendungan serta penstock (pipa cepat) dan tempatnya yang susah dibuka.
" Tapi daya primernya dapat didapat dengan gratis serta dapat di bangun beberapa pembangkit pada sebuah aliran sungai dalam jarak yang bersisihan (cascade/bertahap) dengan memakai ketidaksamaan elevasi, " kata Handoko.
Sampai kini, banyak permasalahan yang perlu dihadapi beberapa investor untuk bangun pembangkit listrik, dari mulai pengurusan perizinan, pembebasan tempat, atau rumor sosial yang menyertakan orang-orang seputar, karena tempat pemukimannya akan jadikan bangunan pembangkit.
Pemerintahan Jokowi – JK sudah membuat beberapa terobosan untuk menangani persoalan-persoalan itu, mulai pemangkasan birokrasi perizinan sampai banyak kebijakan yang memudahkan investasi.
Cost Berbelanja Modal Pembangkit Listrik Daya Terbarukan
Menyinggung masalah cost investasi (capital expenditure atau berbelanja modal), pembangkit listrik EBT masih tetap tambah mahal dari pembangkit daya fosil. PLTP (geothermal) dapat menelan investasi seputar USD 4 juta per MW, tambah lebih mahal di banding PLTU Batubara yang seputar USD 1, 5 juta – USD 2 juta/MW.
Ketidaksamaan berbelanja modal ini dikarenakan semasing komoditas ini berlainan langkah mendapatkannya, dan tingkat kesulitannya.
" Seperti listrik yang datang dari PLTP, babak eksplorasi sumber daya telah mengonsumsi cost besar sekali. Mesti menggunakan tehnologi tinggi serta mahal, apalagi ditambah success rate yang rendah. Saat anda mengeksplorasi suatu lapangan geothermal serta lakukan pengeboran, tingkat keberhasilannya tidak lebih dari 20 %, " tutur Handoko.
Demikian pula investasi yang diperlukan untuk bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS/Solar Cell) besar sekali. Karena untuk pembangunan PLTS diperlukan investasi seputar Rp 28 miliar. Komponen terbesarnya merupakan pada cost produksi panel surya serta baterei. Diluar itu, PLTS juga memerlukan ruang yang begitu luas.
PLTS cuma bisa beroperasi di siang hari, hingga untuk mengimbanginya, dibutuhkan juga support dari pembangkit listrik yang datang dari daya fosil.
" Tetapi saya meyakini, akselerasi pemakaian solar cell makin masif, bersamaan dengan makin majunya tehnologi panel surya serta baterei, " lebih dia.
Menjadi cantolan hukum, Pemerintah telah mempunyai Perpres Nomer 2 tahun 2017 mengenai RUEN (Gagasan Umum Daya Nasional). Dari sana diputuskan tujuan bauran Daya Baru serta Terbarukan (EBT) pada 2025 sebesar 23 %, serta 2018 telah sampai 12, 5 %.
Berdasar pada data yang dicukil dari Kementerian Daya Sumber Daya Mineral (ESDM), peningkatan EBT masih memerhatikan kesetimbangan persediaan – keinginan, persiapan skema serta keekonomian.
Selain itu PT PLN (Persero) akan memakai sumber daya terbarukan dari type daya aliran serta terjunan air, daya panas bumi (termasuk juga taraf kecil atau modular), biofuel, daya angin, daya cahaya matahari, biomassa serta sampah, dan mensupport usaha RE-BID (Renewable Energy Based on Industrial Development).
Spesial tentang PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), dikerjakan dengan peningkatan centralized PV (Photovoltaic sistem), manfaat melistriki banyak komune terpencil yang jauh dari grid pada daerah ketinggalan, pulau-pulau paling depan yang bersebelahan dengan negara tetangga serta pulau-pulau terluar yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar